Kamis, 05 Juni 2014

Penanganan Pertama Keracunan Gigitan Ular

I.    Definisi

Ular adalah salah satu hewan yang ditakuti oleh manusia, apalagi jika ular tersebut mengandung bisa yang dapat membahayakan keselamatan manusia. Jika anda terkena bisa beracunnya, nyawa anda akan melayang. Di Indonesia sendiri, jenis binatang melata ini terbilang sangat banyak sehingga akan mudah ditemui disekitar pemukiman penduduk. Beberapa ular yang paling berbahaya adalah ular weling atau ular tanah dan ular sendok atau kobra karena racun yang terkandung dalam bisanya terdiri dari bahan kimia dan enzim yang berisi 90% protein. Adapun jenis racun ular adalah sebagai berikut :

A.    Neurotoksin
Racun jenis neurotoksin dapat berbahaya bagi tubuh karena melumpuhkan sistem saraf pusat, melumpuhkan jantung dan saluran pernafasan sehingga dapat mengakibatkan kematian pada korban yang tergigit. Biasanya racun jenis ini dimiliki oleh ular Kobra, ular Mamba, ular Laut, Krait dan ular Karang.

B.     Hemotoksin
Yang kedua, racun yang mengandung hemotoksin, akan menyerang sistem sirkulasi darah dan sistem otot sehingga akan menyebabkan kerusakan jaringan, gangrene dan kelumpuhan permanen pada kemampuan bergerak otot. Biasanya, racun jenis ini akan dihasilkan pada keluarga ular Viperidae seperti Rattle snake, Coppe head dan Cotton mouth.

Selain bisa/racun ular memiliki enzim,  berikut jenisnya :

A.    Cholinesterase             : Enzim ini mengandung neurotoksin yang berfungsi untuk melumpuhkan lawan.
B.     Amino Acid Oxidase : Enzim ini berfungsi untuk mencerna mangsa yang sudah ditelan dan juga memicu peran enzim lain.
C.     Hyaluronidase             : Enzim ini berfungsi untuk mempermudah penyerapan enzim lain ke jaringan tubuh mangsa yang sudah ditelan.
D.    Proteinase                         : Enzim ini berguna untuk mencerna dan menghancurkan jaringan tubuh korban.
E.     Adenosin Triphospatase : enzim ini diduga sebagai neuritoksin yang bekerja sebagai sentral dan menyebabkan korban mengalami syok sebelum dilumpuhkan.
F.      Phospodiesterase             : enzim ini bekerja dengan cara mengganggu fungsi jantung dan menurunkan tekanan darah dengan cepat pada mangsa yang sudah digigit.

II.       Etiologi

Keracunan akibat gigitan ular dapat di sebabkan karena gigitan ular berbisa. Ada beberapa jenis ular berbisa yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain:

A.    Elapidae
Jenis ular yang tergolong di dalam keluarga ini ialah: uIar katam tebu, ular katam belang, ular katam kepala merah, ular matahari, ular sendok (Naja spp.), ular king-cobra (Ophiophagus hannah). Ular dari family Elapidae mempunyai bahan racun saraf (neurotoksin). Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limfe.

B.     Viperidae
Jenis ular ini antara lain, ular bandotan puspo (Vipera russelli), ular tanah (Calloselasma rhodostoma), ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris). Ular dari family Viperidae pula bahan racun jenis darah (haemotoksin). Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan.

C.        Hydropidae
Jenis ular ini adalah ular-ular yang ada di laut. Ular family Hydropidae pula mempunyai bahan racun otot (myotoksin).

III.       Mekanisme Gigitan Ular

Efek toksik bisa ular pada saat menggigit mangsanya tergantung pada spesies, ukuran ular, jenis kelamin, usia, dan efisiensi mekanik gigitan (apakah hanya satu atau kedua taring menusuk kulit), serta banyaknya serangan yang terjadi.
A.       Korban gigitan ular terutama adalah petani, pekerja perkebunan, nelayan, pawang ular, pemburu, dan penangkap ular. Kebanyakan gigitan ular terjadi ketika orang tidak mengenakan alas kaki atau hanya memakai sandal dan menginjak ular secara tidak sengaja. Neurotoksin yang berakibat pada saraf perifer atau sentral, bisa yang mempengaruhi jantung, sistem pembuluh darah, sistem otot dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan, gangren, kelumpuhan permanen bergerak otot. Berakibat fatal karena paralise otot-otot lurik. Racun jenis ini dihasilkan oleh keluarga ular Viperidae misalnya Rattle Snake, Coppe Head, dan Cotton Mouth.
B.        Haemotoksin yang berakibat hemolitik dengan zat antara : fosfolipase dan enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Selain itu, enzim dari bisa dapat juga mempengaruhi sistem saraf, otak, jantung, dan pernafasan. Racun jenis ini dimilki oleh ular kobra kobra, ular Mamba, ular laut, krait, ular karang.
C.        Myotoksin yang menyebabkan rhabdomyolitis yang sering berhubungan dengan haemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot. Contoh : ular dari keluarga Hydropidae.
D.       Kardiotoksin yang merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan jantung.
E.        Cytotoksin : dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktif lainnya yang berakibat terganggunya kardiovaskuler. Cytolitik : zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat patukan.
F.         Enzim-enzim : termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

Sampai saat ini dikenal sekitar 20 jenis enzim yang ada pada bisa ular. Umumnya ular berbisa memilki 6 sampai 12 jenis enzim yang beracun. Beberapa jenis enzim yang dimili ular berbisa:
A.    Cholinesterase
Enzim ini bersifat neorotoksin (racun yang menyerang sistem saraf) dan dapat melumpuhkan.
B.     Amino Acid Oxidase
Berfungsi mencerna mangsa dan memicu peran enzim lainya.
C.     Hyaluronidase
Berfungsi untuk mempermudah penyerapan enzim lain ke jaringan korban.
D.    Proteinase
Berfungsi untuk mencerna, menghancurkan jaringan tubuh korban.
E.     Adenosin Triphospatase
Bersifat neurotoksin yang bekerja sentral dan menyebabkan korban mengalami syok dan melumpuhkan mangsa.
F.      Phospodiesterse
Bekerja dengan cara mengganggu fungsi jantung dan menurunkan tekanan darah dengan cepat.
Umumnya ular beracun, racunnya bersifat menggumpalkan dan menyebar dalam pembuluh darah mengakibatkan disseminated intravascular coagulation (DIC), layuh (paralysis), dan turunnya tekanan pada sistem kardiovaskuler (cardiovascular depressio). Penampakan yang lain ialah gangguan penghantaran (konduksi), trombositopenia, gagal ginjal dan perdarahan di dalam tengkorak (intra kranial). Penyakit beku darah (koagulopati), ditandai pembersihan darah (defibrinasi) yang berkaitan dengan jumlah trombosit, dalam rentang waktu yang ada. Di samping itu racun dapat mengubah protrombin menjadi trombin dan mengurangi faktor V,VII, protein C dan plasminogen.Tekanan di sistem kardiovaskuler menyebabkan DIC atau tekanan di otot jantung. Nerotoksin menyebabkan gejala saraf setelah keracunan, gejala yang ditunjukkan antara lain adanya layuh (paralisis) pernapasan oleh hambatan acetylcholine receptor di ujung saraf motor pascasinaptik (postsynaptic motor nerve ending). Kemungkinan terjadi kejang gagau (konvulsi) disertai ada atau tidaknya keracunan otot (myotoxicity) (Prihatini, 2007).


Pathway Bisa Ular




















IV.       Manifestasi Klinis

Rasa sakit dari gigitan ular berbisa sangat menyiksa dan mungkin ini adalah gejala termudah untuk dapat membedakan gigitan berbisa atau gigitan tak berbisa. Ular berbisa biasanya meninggalkan jejak satu atau dua gigi taring dan dengan segera disekitarnya, timbul pembengkakan, perlunakan jaringan, sakit, dan ekomosis. Jika edema atau rasa sakit tidak timbul dalam waktu 30 menit setelah tergigit, mungkin pit viper tidak menyuntikan bisa sedikitpun. Jika bisa telah disuntikkan, maka vesikula hemoragik, bula, dan ptekie akan timbul. Setelah 8 jam, dan terjadi bengkak yang berkembang dalam waktu 24 jam penuh. Berikut adalah gejala yang ditimbulkan dari gigitan beberapa ular :
A.    Gigitan ular rattle ditandai oleh adanya injeksi bisa. Gejala sistemik sering timbul dini dan berhubungan dengan gangguan koagulasi darah, kerusakan pembuluh darah sampai pada lapisan intima, kerusakan otot jantung, dan gangguan pernafasan. Edema paru dan komplikasi perdarahan sering timbul pada gigitan dengan jumlah bisa yang banyak, dan baik perdarahan maupun masa pembekuan darah biasanya memanjang
B.     Gigitan ular karang biasanya pasien mengalami penglihatn kabur, berkeringat, perasaan mengantuk, rasa kesemutan sekitar mulut serta mual dan muntah.
C.     Gigitan oleh Viperidae/ Crotalidae seringkali menimbulkan gejala pada tempat gigitan berupa nyeri dan bengkak yang dapat terjadi dalam beberapa menit, bisa akan menjalar ke proksimal, selanjutnya terjadi edem dan ekimosis. Pada kasus berat dapat timbul bula dan jaringan nekrotik, serta gejala sistemik berupa mual, muntah, kelemahan otot, gatal sekitar wajah dan kejang. Pasien jarang mengalami syok, edem generalisata atau aritmia jantung, tetapi perdarahan sering terjadi.
D.    Gigitan akibat Elapidae biasanya tidak menimbulkan nyeri hebat.1,3 Namun demikian tidak adanya gejala lokal atau minimal, tidak berarti gejala yang lebih serius tidak akan terjadi. Gejala yang serius lebih jarang terjadi dan biasanya gejala berkembang dalam 12 jam.3 Bisa yang bersifat neurotoksik, mempunyai dapat sangat cepat dalam beberapa jam, mulai dari perasaan mengantuk sampai kelumpuhan nervus kranialis, kelemahan otot dan kematian karena gagal napas.


Tanda dan gejala berdasarkan derajat keracunan akibat gigitan seekor ular :

Tingkatan
Derajat keracunan karena bisa ular
Gambaran fisik
0
Tidak ada
Ada tanda bekas taring; tidak terdapat reaksi lokal atau sistemik

1
Ringan
Ada tanda bekas taring, nyeri setempat yang sedang, edema yng lebarnya 2,5-15 cm, ekimosis/perubahan warna menjadi kemerahan; gejala timbul kemudian dan berupa: vesikel; bullae yang hemoragik, petekie, dan nekrosis
2
Sedang
Ada tanda dan bekas taring, edema yang lebarnya 25-40 cm, kemerahan, mual, muntah, parestesia, diaforesis, perubahan ortostatik, perembesan sekret serosanguineus, hipotensi, hematemesis, melena, hemoptisis, epistaksis; hemokonsentrasi, pendarahn ringan dan waktu pembekuan yang memanjang, penurunan jumlah sel darah merah, trombosositopenia, hematuria, protenuria
3
Berat
Ada tanda bekas taring, edema yang lebarnya 40-50 cm, ekimosis subkutan, nyeri yang difus, demam, hipotensi, takikardia, hiperapnea, gangguan penglihatan, konvulsi, syok; koagulopati yang nyata, hipofibrinogenemia, waktu PT/APTT yang memanjang, peningkatan produk pemecahan fibrin, peningkatan kadar CPK, hematuria, dan protenuira
4
Sangat berat
Manidfestasi dini gejela sistemik dengan progrevitas yang sangat cepat


Ket :
PT = Prothrombin Time
APTT = Activated Partial Thromboplastin Time
CPK = Creatine Phosphokinase

V.          Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang dapat muncul pada korban gigitan ular antara lain adalah pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna, rasa sakit di seluruh persendian tubuh, demam, menggigil, mulut terasa kering karena didalam bisa ular terdapat racun Hemotoksin yaitu racun yang dapat menyerang sistim sirkulasi darah dan sistim otot dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan, gangrene, kelumpuhan permanen kemapuan bergerak otot. Racun jenis ini dihasilkan oleh keluarga ular Viperidae misalnya Rattle Snake, Coppe head, dan Cotton mouth. Sukar bernafas dan berkeringat banyak juga ditemukan sampai akhirnya pingsan, pusing, mata berkunang – kunang, Rasa sakit atau berat di dada dan perut karena dalam bisa ular terdapat racun Neurotoksin yaitu dapat melumpuhkan sistim saraf pusat, melumpuhkan jantung dan sarah pernafasan. Racun jenis ini dimiliki oleh ular Kobra, ular Mamba, ular Laut, Krait, Ular Karang . Muntah, lambung dan liver terasa sakit, pinggang terasa pegal merupakan akibat dari usaha ginjal membersihkan darah.

VI.       Penangan Pertama

Pertolongan pertama secara umum pada gigitan ular antara lain :
1.    Tetap tenang
2.    Diamkan lengan atau kaki yang digigit ular, dan jangan banyak gerak agar racun ular tidak menyebar.
3.    Lepaskan semua perhiasan yang menempel di badan seperti cincin, gelang, kelung, dsb. Sebelum terjadi pembengkakan, karena kalau sudah terlanjur bengkak akan sulit melepaskannya.
4.    Posisikan diri sebisa mungkin dan usahakan daerah gigitan lebih rendah dari jantung. Untuk memperlambat aliran bisa ular ke jantung.
5.    Bersihkan luka dengan sabun dan air, lalu tutup dengan kain bersih dan kering
6.    Gunakan spalak atau bidai untuk mengurangi pergerakan daerah yang terkena, tapi usahakan tetap cukup longgar sehingga tidak membatasi aliran darah
7.    Jangan gunakan torniket kencang, torniket dipasangkan antara luka gigitan dengan jantung. Pemasangan torniket jangan benar-benar kencang tetapi beri ruang sedikit, karena tujuan kita memperlambat bukan menghentikan peredaran darah. Jika peredaran darah terhenti maka dikhawatirkan kerja bisa terkonsentrasi di areal gigitan dan bisa mengakibatkan amputasi. Jika tidak ada torniket maka bisa dengan menggunakan alat balut yang cara penggunaannya bisa disesuaikan.
8.    Jangan menggunakan es untuk mengompres area gigitan ular karena air dingin atau es hanya akan mendorong racun masuk lebih cepat ke dalam kulit.
9.    Jangan mencoba menyedot racun karena air liur penolong mengandung bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada luka bekas gigitan ular
10.   Jangan memotong luka atau mencoba membuang racun karena mengakibatkan infeksi yang lebih parah.
11.   Jangan minum kafein atau alkohol,  cara ini hanya akan meningkatkan metabolisme tubuh mereka dan menyebarkan racun ular lebih cepat.
12.   Jangan mencoba untuk menangkap ular itu, tetapi coba kenali warna dan bentuknya sehingga dapat menggambarkan sehingga akan membantu dalam perawatan nantinya.
13.   Bila diketahui ular yang menggigit adalah ular berbisa, segera bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan suntikan antibisa ular. Suntikan tersebut maksimum diberikan 4 jam setelah terjadinya gigitan









DAFTAR PUSTAKA

*      Hermana Asep. 2003. Luka Gigitan. http://bedahminor.com/index.php/main/show_page/236
*      http://www.prn.usm.my/bulletin_articles_racun.php?Id=18 . Diakses pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 13.39
*      Niasari,Nia& Abdul Latief.2003. Gigitan Ular Berbisa.Sari Pediatri Vol. 5, No. 3 : 92-98
*      Oman, Kathleen S.2008.Panduan Belajar Keperawatan Emergensi.Jakarta: EGC
*      Prihatini, dkk. 2007. Penyebaran Gumapaln dalam Pembuluh Darah (Disseminated Intravascular Coagulation) Akibat Racun Gigitan Ular. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Laboratory, Vol 14 No. 1.
*      Schwartz, S. I. 2000. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Jakarta: EGC
*      Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM. 2005.Penatalaksanaan Keracunan akibat Gigitan Ular Berbisa.  http://www2.pom.go.id/public/siker/desc/produk/racunularberbisa.pdf. diakses pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 13.03
*      Suharmiati & Lestari Handayani. 2005. Ramuan Tradisional untuk Keadaan Darurat di Rumah. Tangerang : Argo Media.
*      Tips bila Digigit Ular. http://carapedia.com/tips_bila_digigit_ular_berbisa_info3025.html.  Diakses pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 14.00
*      Ular berbisa. http://id.swewe.net/word_show.htm/?91794_1&Ular_berbisa . Diakses pada tanggal 4 Juni 2014 pukul 14.32


by:
Dahlia Budi Utami            22020112120004
Yayan Mahendroyoko      22020112130025
Afif  Riada                          22020112130038
Juliade Chatrin D              22020112130072
Izumi Ony Kusuma          22020112130100
Ning Suwarsih                   22020112130108
Rizka Dewi Pulung Asih    22020112140030
Gita Febri S                        22020112140036
Andika Kurnia Agata         22020112140062
Retno Romauli Risa P.      22020112140068