Senin, 18 November 2013

Muskular Distrofi


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Muscular dystropy merupakan kelompok gangguan otot bawaan yang disebabkan gen spesifik abnormal dengan gejala kelemahan otot progresif dan pengerutan otot. Gen abnormal dapat diturunkan, bisa juga spontan. Artinya, MD dapat dapat muncul walaupun tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit ini. Gejala Duchenne Muscular distrophy (DMD) merupakan tipe paling umum dari MD dan biasanya terjadi pada laki-laki.8
 DMD merupakan penyakit distrofi muskular progresif, bersifat herediter, dan mengenai anak laki-laki. Intensi penyait itu relatif jarang, hanya sebesar satu dari 3500 kelahiran bayi laki-laki.1 penyakit tersebut diturunkan melalui X-linked resesif, dan hanya mengenai pria, sedangkan perempuan hanya sebagai karier. Pada DMD terdapat kelainan genetik yang terletak pada kromosom X, lokus Xp21.2 yang bertanggung jawab terhadap pembentukan protein distrofin. Perubahan patologi pada otot yang mengalami distrofi terjadi secara primer dan bukan disebabkan oleh penyakit sekunder akibat kelainan sistem saraf pusat atau saraf perifer.9

B. RUMUSAN MASALAH
  1. Apakah yang dimaksud dengan Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)?
  2. Bagaimana patofisiologi Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)?
  3. Diagnosis apa saja yang dapat ditemukan pada klien dengan Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)?
  4. Intervensi apakah yang dapat diterapkan pada klien dengan Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)?
  5. Bagaimana Discharge Planning bagi klien dengan Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)?

C. TUJUAN
1.      Mengetahui pengertian dari Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)
2.      Mengetahui patofisiologi Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)
3.      Mengetahui diagnosis pada Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)
4.      Mengetahui bagaimana cara penatalaksanaan Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)
5.      Mengetahui intervensi yang berkaitan dengan Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)
6.      Mengetahui rencana perawatan pulang bagi klien Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)




BAB II
PEMBAHASAN
A.    KONSEP DMD
1.      PENGERTIAN DMD
Istilah distrofi berarti pertumbuhan abnormal dan berasal dari bahasa Yunani Trophe yang berarti makanan. Namun, distrofi muskularis, suatu istilah yang dipakai erb pada tahun 1891, mengandung arti yang jauh lebih dari hanya pertumbuhan menyimpang atau nutrisi serabut otot. Distrofi muskularis di bedakan dari semua penyakit neuromuskular lain oleh 4 kriteria :
1.      Penyakit ini adalah miopati primer
2.      Terdapat dasar genetik pada penyakit ini
3.      Perjalanannya progresif
4.      Degenerasi dan kematian serabut otot terjadi pada beberapa stadium penyakit ini
Definisi ini mengesampingkan penyakit neurogenik seperti artofi muskulus spinalis, miopati nonherediter seperti dermatomiositis,miopati kongential nonprogresif dan non-nekrotikars seperti DTSOK. Dan miopati metabolik diwariskan  non progresif. Beberapa miopati mungkin memenuhi definisi distrofi muskularis progresif tetapi secara tradisional tidak di klasifikasikan sebagai distrofi. Suatu contoh defisiensi karnitin otot. Sebaliknya distrofi muskularis mungkin akhirnya dapat di klasifikasikan kembali sebagai miopati metabolik bila deffek biokimianya ditentukan lebih baik.
Distrofi muskular merupakan sekelompok penyakit yang tidak saling terkait, masing-masing dipindahkan oleh ciri genetik yang berbeda dan masing-masing berbeda dalam perjalanan dan gambaran klinis. Beberapa merupakan penyakit berat pada saat lahir atau mengakibatkan kematian dini. Lainnya mengikuti perjalanan progresif yang sangat lambat selama beberapa dekade, mungkin sama dengan lama hidup normal, atau bahkan mungkin menjadi tidak bergejala sampai akhir kehidupan dewasa. Beberapa kategori distrofi seperti distrofi muskularis sekeliling tungkai,merupakan penyakit yang homogen tetapi agaknya beberapa sindrom yang meliputi beberapa miopati tersendiri. Hubungan antara berbagai distrofi muskular di tentukan melalui genetik molekular bukannya oleh persamaan atau perbedaanpada gambaran klinis dan histopatologis.1
Distrofi muskular terkait kromosom X diantaranya :
1.      Distrofi muskular duchene
Suatu kelainan x-linked yang mengenai 1 di antara 3000-5000 kelahiran bayi laki-laki hidup. Hampir 1/3 kasus menunjukan mutasi baru. Gen untuk kelainan ini terletak pada regio P21 dari kromosom x. Produk gen distrofin merupakan protein yang secara normal terdapat pada membran sel otot. Pembungan pada gen distrofi duchene menyebabkan terjadinya defisiensi distrofin dalam membran serabut otot sehingga terjadi kerusakan serabut otot oleh kalsium ke dalam sel yang tidak dapat di kontrol. Pemahaman lebih lanjut terhadap cacat genetik pada kelainan ini akan menyebabkan lebih  banyak diketahui patogenesisnya dan karenanya berpotensi untuk pengobatan.
Penyakit ini biasanya di temukan pada umur 2-4 tahun,dengan kelemahan otot bagian proksimal dan pseudohipertrofi otot tungkai bawah. Kadar kreatin fosfokinase (KPK) dalam serum meningkat pada carrier wanita. Sebagian penderita meninggal sebelum berumur 20 tahun, biasanya akibat adanya kardiomiopati yang terjadi sebagai bagian dari kondisi ini.
Pemeriksaan biopsi yang khas menemukan perbedaan abnorml dari diameter serabut otot dengan banyak serabut yang menunjukan degenerasihialin dan nekrosis, dengan tujuan regenerasi.3
2.      Distrofi muskular becker
Distrofi muskular becker mengenai lokus genetik yang sama seperti distrofi muskular duchenne tetapi kelainan ini lebih jarang di temukan dan jauh lebih ringan dengan onset yang terjadi kemudian pada usia kanak-kanak/remaja. Distrofi muskular becker lebih lambat dan lebih variasi. Otot pada pasien distrofi muskular becker memiliki jumlah distrofin yang berkurang dan biasanya mempunyai berat molekul yang abnormal dengan mencerminkan mutasi yang memungkinkan sintesis beberapa protein.3


3.      Distrofi muskular emery-dreifuss di sebabkan oleh sejumlah gen berpisah yang mempengaruhi mutasi.3
Distrofi muskular Duchenne dan Becker disebabkan oleh mutasi pada gen distrofin. Distrofin adalah protein otot yang tidak terdapat pada distrofi muskular Duchenne dan berubah pada distrofi muskular Becker. Gejala-gejala awal yang tampak adalah gaya berjalan abnormal dan kaku. Otot-otot sfingter, tangan, kaki, lidah, palatum, dan pengunyah jarang terkena distrofi ini. Retardasi ringan sampai sedang tidak jarang terjadi. Perbedaan belajar juga sering terjadi. Anak dengan distrofi muskular duchenne jarang ada yang hidup sampai berumur di atas 20 tahun kecuali jika mendapat bantuan ventilasi mekanik jangka panjang. Ciri lain dari distrofi otot Duchenne adalah :
1.      Ditandai dengan keterlibatan otot volunter secara progresif
2.      Perjalanan penyakitnya cepat
3.      Awitan gejala terjadi antara usia 3 dan 5 tahun
4.      Kematian terjadi kira-kira 10 sampai 15 tahun setelah awitan
5.        Variasi ukuran (diameter) serabut otot karena terdaptnya serabut otot kecil maupun raksasa yag kadang-kadang disertai pembelahan serabut.3
6.      Peningkatan jumlah nukleus yang mengalami internalisasi(diluar kisaran normal 3%-5%).3
7.      Degenerasi, nekrosis dan fagositosis serabut otot3
8.      Regenerasi serabut otot.3
9.      Proliferasi jaringan ikat endomisium.3

2.      ETIOLOGI DMD
Menurut peneliti, DMD terjadi karena tidak adanya satu protein otot penting yang disebut distrofin dan telah menelusuri gen untuk protein ini sampai ke sebuah lokus yang spesifik pada kromosom X.4
DMD, miopati degeneratif yang diturunkan sebagai keadaan resesif berkaitan dengan kromosom seks (X-linked recessive) di mana karier wanita meneruskan gen abnormal kepada puteranya. Distrofi otot ini ditandai dengan kelemahan dan pelisutan otot yang progresif yang akhirnya menimbulkan kematian akibat infeksi atau kegagalan respiratorius pada awal usia dewasa. 
4.      PENATALAKSANAAN
Pemeriksaan Penunjang
Test Genetik : adanya deletio atau duplication dari gene dystrophyn.
Pengujian genetik molekuler digunakan secara klinis untuk: diagnosis pada individu gejala, pemeriksaan carrier, dan diagnosis prenatal. Molekul metods pengujian genetik meliputi:
a.       Target analisis mutasi. Berbasis PCR, southern blotting, dan metode FISh dapat digunakan untuk mendeteksi delesi pada gen DMD. Southern blotting dan kuantitatif PCR dapat digunakan untuk mendeteksi duplikasi
b.      Mutasi pemindaian. Mutasi pemindaian mengidentifikasi penghapusan kecil, insersi kecil, mutasi titik atau mutasi pada gen splicing DMD.
c.       Analisis urutan gen. Analisis urutan gen DMD juga mengidentifikasi penghapusan kecil, insersi kecil, mutasi titik atau mutasi splicing
d.      Duplikasi / penghapusan analisis. MLPA mengidentifikasi duplikasi besar dan penghapusan dalam probands dan perempuan pembawa.7

5.      KOMPLIKASI
Fisik
1.      Dekompensasi jantung dan kardiomiopati
2.      Infeksi paru-paru
3.      Osteoporosis
4.      Obesitas
5.      Konfraktur
6.      Skoliosis

Psikis
1.      Depresi
Klien mulai menarik diri dari orang lain dan memancarkan kesedihan yang mendalam
2.      Stress keluarga
Akumulasi dan stressor dalam kehidupan keluarga memberikan perkiraan jumlah stress yang dialami keluarga (Alson et al, 1983). Konsep akumulasi stressor didefinisikan sebagai jumlah peristiwa perkembangan (yang diharapkan) atau situasional (yang tidak diharapkan) serta ketegangan inter keluarga (tekanan dalam hubungan diantara anggota keluarga).
3.      Perasaan bersalah atau menyalahkan
Klien merasa bersalah, ia merasa tidak berdaya karena penyakit yang dideritanya, dan menyalahkan keadaan/kondisi yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Apa pun yang dilakukan keluarga, perawat, atau sahabat-sahabatnya dipandang salah.
4.      Marah, dan dukacita
Klien yang menderita komplikasi akan marah apabila ia mengingat perilakunya dahulu yang menyebabkan penyakit pada dirinya sekarang dan sedih melihat kondisinya saat ini.



 DAFTAR PUSTAKA

1.      Arvi,Liegman Behrman.2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol 3. Jakarta :EGC.
Diambil dari :
2.      Underwood,J.C.E. 1999. Patofisiologi Umum dan Sistematik Vol 2. Jakarta : EGC.
3.      Fausto,Abba Kumar Mitchell.2008. Buku Saku Dasar Patolohis Penyakit Robbins & Cotran. Jakarta  : EGC
Diambil dari :
4.      Aryulina, Diah; Muslim Choirul; Manaf Syalfinaf; Winarni, Endang Widi. 2006. Biologi 3: SMA MA untuk Kelas XII. Jakarta: ESIS
5.      Brooker, Christine. 1997. Kamus Saku Keperawatan, E/31.  Jakarta: EGC
6.      Fadhli, Aulia. 2010.  Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek
7.      Dudek,Ronald W. 2012. Genetics. Philadelphia:Wolters Kluwer Health Lippincott Williams&Wilkins.
  1. Laura, Imada. (2012). Harapan Penyembuhan "Muscular Dystropy". Diambil dari http://health.kompas.com/read/2012/02/11/07224679/Harapan.Penyembuhan.Muscular.Dystrophy. Diakses pada: 21/10/2013 pukul 08.00
  2. Wedhanto, Sigit dan Siregar, Ucok Paruhum. (2007). Duchenne Muscular Dystrophy. Vol 52 (9). Hlm 313.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar